Kisah - Kisah Nabi

Peristiwa hari Kiamat



Di dalam Al Qur’an terdapat banyak penjabaran mengenai peristiwa Hari Kiamat untuk menjadi pelajaran bagi kita. Artikel ini memuat beberapa contoh darinya. Al Qur’an surat Az Zalzalah 1 - 8



Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?", pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula.



Petunjuk yang diberikan di dalam surat ini sangat menyeluruh sehingga Nabi Muhammad SAW menyebutkan bahwa surat Az Zalzalah adalah setara dengan setengah dari Al Qur’an. (Tirmidzi)



Ayat terakhir dari surat ini luar biasa maknanya. Menurut suatu Hadits yang diriwayatkan oleh Anas RA, Nabi Muhammad SAW menyebutnya dengan ‘satu kata tapi menyeluruh’. Abdullah bin Masood RA menyebutkan, “Ayat tersebut merupakan ayat Al Qur’an yang luar biasa dan tegas maknanya.” Barangkali penjelasan yang paling menarik perhatian mengenai peristiwa Hari Kiamat terdapat di surat Al Hajj 1 – 2



Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.

Dan didalam Al Haqqah 13 – 18



Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah. Dan Malaikat-Malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang Malaikat menjunjung 'Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).

Dan didalam Az Zumar 68 - 70



Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.



Jadi ketika Sangkakala yang pertama ditiup semua makhluk yang berada di langit dan di bumi akan binasa kecuali beberapa Malaikat. Kemudian para Malaikat ini juga akan binasa. Ar Rahman 26 - 27



Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.

Jadi bagi mereka yang telah meninggal, roh mereka akan binasa juga seperti disebutkan oleh Ibnu Katsir.

Ketika Sangkakala yang kedua ditiup, roh akan kembali kepada badan masing-masing dan berdiri untuk masing-masing merpertanggung-jawabkan segala perbuatan mereka.



Para saksi akan dihadapkan dan keadilan akan diputuskan seperti disebut dalam Az Zumar 68 - 70 di atas dan juga didalam Yaasin 65



Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.



Sama halnya seperti disebutkan dalam Fussilat 19 – 23



Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan (semuanya). Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka: "Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?" Kulit mereka menjawab: "Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali yang pertama dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. Kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulitmu terhadapmu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangkamu yang telah kamu sangka terhadap Tuhanmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang rugi.



Jadi seseorang dapat menyembunyikan dosa-dosa nya dari orang lain tetapi ia tidak bisa menyembunyikannya dari anggota tubuhnya sendiri. Pada Hari Kiamat ini anggota tubuhnya ini akan bersaksi mengenai perbuatannya. Jika kita sungguh-sungguh memahami ayat ini, tidak akan mungkin kita berani melakukan dosa sekecil apapun juga.



Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Mulut manusia akan dikunci dan pahanya akan diperintahkan untuk menjelaskan berbagai perbuatannya. Dengan cara yang sama tulang dan daging nya akan berbicara sebagai saksi.” (Muslim)



Sebagai contoh yaitu makanan untuk orang yang berdosa disampaikan dalam surat Ad Dukhan 43 - 50



Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. Peganglah dia kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang amat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.



Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kamu meragu-ragukannya.

Pada sisi lain orang-orang yang beriman akan diperlakukan dengan cara yang berbeda. Az Zukhruf 68 - 73



" Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan." Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amAl amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan.



Sama halnya seperti disebutkan dalam Fussilat 30 – 32



Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.



Di sini kata ‘Nuzulan’ atau hidangan dari Allah SWT berarti bahwa Allah SWT menganugerahkan banyak sekali karuniaNya meskipun tidak diminta. Sebagai contoh, seorang tamu akan disuguhi berbagai macam hidangan yang enak-enak walaupun dia tidak memintanya. Bahkan kemurahan hati ini hanya merupakan permulaan hidangan saat kita sampai didalam surga. Selanjutnya akan menyusul karunia yang jauh lebih bagus dari itu. (Mazhari)



Suatu hari Sufyan bin Abdullah Thaqfi RA telah meminta petunjuk kepada Nabi Muhammad SAW untuk menasehati dia tentang sesuatu hal yang sangat menyeluruh sehingga ia tidak harus bertanya hal lain lagi. Nabi Muhammad

SAW yang menjawab, “Berimanlah kepada Allah dan berpegang teguhlah kepada jalanNYA”. (Muslim)

Oleh karena itu para Malaikat akan turun menemani orang-orang beriman di saat kematiannya, kemudian di alam kubur, dan selanjutnya di saat Hari Kiamat, seperti diriwayatkan oleh Aaid bin Aslam dalam Dur Mansur. Para Malaikat ini adalah pengawal orang-orang beriman dikehidupan duniawi karena mereka membisikkan niat-niat baik di hati orang beriman dan mengajak mereka untuk bersabar di saat kesulitan. Para Malaikat ini juga akan menemani orang beriman di Hari Kiamat untuk memberi mereka pengawalan ketika memasuki surga.



Di Dalam Az Zumar juga dijelaskan bagaimana orang-orang kafir akan diperlakukan oleh para Malaikat. Az Zumar 71 - 72



Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu dibukakanlah pintu-pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab: "Benar (telah datang)". Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir. Dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya". Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.



Juga dijelaskan bagaimana nantinya para Malaikat menyambut orang-orang yang beriman. Az Zumar 73 - 74



Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya". Dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah (memberi) kepada kami tempat ini sedang kami (diperkenankan) menempati tempat dalam surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.



Semoga Allah SWT memasukkan kita ke dalam kelompok orang-orang yang akan disambut di pintu surga, amin.

Sangat penting diingat bahwa manusia akan dibawa masuk ke dalam surga atau neraka berkelompok-kelompok, seperti disiratkan pada surat di atas maupun surat-surat lain di dalam Al Qur’an.

Kata zumar berarti kelompok. Allah SWT telah menamai bagian Al Qur’an ini sebagai Az Zumar untuk menekankan pentingnya hal ini.



Pada kenyataannya, baik buruknya tindakan kita didukung oleh orang-orang lain ataupun sumber pengetahuan. Allah SWT akan mengumpulkan orang-orang dengan pola pikiran dan tindakan yang sama di dalam kelompok-kelompoknya sebelum mengirim mereka ke tempat tujuan akhir. Oleh karena itu berkelompok dengan orang-orang beriman dan mempelajari ilmu yang bermanfaat akan membantu kita untuk menjadi calon yang baik untuk bisa masuk surga.



Tentu saja, keputusan untuk memasukkan ke dalam surga adalah hanya atas Rahmat Allah SWT. Semoga Allah SWT melimpahkan Kasih SayangNya kepada kita. Amin.


Read More Add your Comment 1 komen


Adab Berbicara, Berdebat dan Memberi Pendapat






ADAB BERBICARA


1. Semua perbicaraan harus kebaikan, dalam hadis Nabi Muhammad SAW disebutkan: “Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim) 


2. Berbicara harus jelas dan benar, sebagaimana dalam hadis Aisyah ra: 

“Bahawasanya perkataan Rasulullah SAW itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud) 


3. Seimbang dan menjauhi berlarut-larutan, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak bercakap dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui erti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi SAW: “Orang-orang yang sombong.” (HR Tirmidzi dan dihasankannya) 
4. Menghindari banyak berbicara, kerana khuatir membosankan yang mendengar, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Wa’il:


"Adalah Ibnu Mas’ud ra senantiasa mengajari kami pada setiap hari Khamis, maka berkata seorang lelaki: Wahai Abu Abdurrahman (gelaran Ibnu Mas’ud) seandainya anda mahu mengajari kami setiap hari? Maka jawab Ibnu Mas’ud : Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku memenuhi keinginanmu, hanya aku khuatir membosankan kalian, kerana akupun pernah meminta yang demikian pada Rasulullah SAW dan beliau menjawab khuatir membosankan kami" (HR Muttafaq ‘alaih)
5. Mengulangi kata-kata yang penting jika dibutuhkan, dari Anas ra bahwa adalah Nabi Muhammad SAW jika berbicara maka baginda mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham, dan apabila baginda mendatangi rumah seseorang maka baginda pun mengucapkan salam 3 kali. (HR Bukhari)
6. Menghindari mengucapkan yang bathil, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diredhai ALLAH SWT yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh ALLAH SWT keredhaan-NYA bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai ALLAH SWT yang tidak dikiranya akan demikian, maka ALLAH SWT mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat.” (HR Tirmidzi dan ia berkata hadis hasan shahih; juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah)
7. Menjauhi perdebatan sengit, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:

“Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi) dan dalam hadis lain disebutkan sabda Nabi Muhammad SAW: “Aku jamin rumah di dasar syurga bagi yang menghindari berdebat sekalipun ia benar, dan aku jamin rumah di tengah syurga bagi yang menghindari dusta walaupun dalam bercanda, dan aku jamin rumah di puncak syurga bagi yang baik akhlaqnya.” (HR Abu Daud)
8. Menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Bukanlah seorang mukmin jika suka mencela, melaknat dan berkata-kata keji.” (HR Tirmidzi dengan sanad shahih)
9. Menghindari banyak bercanda(bergurau), berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya seburuk-buruk orang disisi ALLAH SWT di hari Kiamat kelak ialah orang yang suka membuat manusia tertawa.” (HR Bukhari)
10. Menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan gelaran yang buruk, berdasarkan ayat al-quran, Al-Hujjurat:11, juga dalam hadis Nabi Muhammad SAW:

“Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi dan ia menghasankannya)

Adab dan Sopan,Rabbani





11. Menghindari dusta, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:

“Tanda-tanda munafik itu ada tiga, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat.” (HR Bukhari)


12. Menghindari ghibah(mengutuk) dan mengadu domba, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:




“Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba-hamba ALLAH yang bersaudara.” (HR Muttafaq ‘alaih)




13. Berhati-hati dan adil dalam memuji, berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW dari Abdurrahman bin Abi Bakrah dari bapanya berkata: Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka berkata Nabi SAW: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (dua kali), lalu kata baginda SAW: “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga ALLAH mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun di sisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq ‘alaih dan ini adalah lafzh Muslim) dan dari Mujahid dari Abu Ma’mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: Nabi Muhammad SAW memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji. (HR Muslim) 


ADAB MENDENGAR 

1. Diam dan memperhatikan (ayat al-quran, Qaf:37)
2. Tidak memotong/memutus pembicaraan
3. Menghadapkan wajah pada pembicara dan tidak memalingkan wajah darinya sepanjang sesuai dengan syariat (bukan berbicara dengan lawan jenis)
4. Tidak menyela perbicaraan saudaranya walaupun ia sudah tahu, sepanjang bukan perkataan dosa.
5. Tidak merasa dalam hatinya bahwa ia lebih tahu dari yang berbicara 
ADAB MENOLAK / TIDAK SETUJU

1. Ikhlas dan menghindari sifat senang menjadi pusat perhatian
2. Menjauhi ingin tersohor dan terkenal
3. Penolakan harus tetap menghormati dan lembut serta tidak meninggikan suara
4. Penolakan harus penuh dengan dalil dan taujih


5. Menghindari terjadinya perdebatan sengit 


6. Hendaknya dimulai dengan menyampaikan isi benarnya terlebih dulu sebelum memberi komen yang salah 


7. Penolakan tidak bertentangan dengan syariat 


8. Hal yang dibicarakan hendaknya merupakan hal yang penting dan dapat dilaksanakan dan bukan sesuatu yang belum terjadi 


9. Ketika menolak hendaknya dengan memperhatikan tingkat ilmu lawan bicara, tidak berbicara di luar kemampuan lawan bicara yang dikhuatirkan menjadi fitnah bagi diri dan agamanya 


10. Saat menolak hendaknya menjaga hati dalam keadaan bersih, dan menghindari kebencian serta penyakit hati.


Read More Add your Comment 0 komen


Islam Itu Mudah



Benarkah Islam itu mudah?



Pertanyaan ini sering bersarang di dalam sanubari kita. Apatah lagi kepada saudara-saudara seagama yang baru mengenali Islam. Bagi menjelaskan pekara ini secara langsung, marilah kita rujuk kepada pegangan Allah S.W.T. yang mengatakan bahawa Dia tidak mahu lagi manusia kesusahan atau sesuatu yang membebankan. Allah S.W.T. menjelaskan dalam Surah Al-Baqarah ayat 185 yang bermaksud : "Allah mengkehendakan kamu beroleh kemudahan dan Ia tidak mengkehendaki kamu menanggung kesukaran."



Rasullullah S.A.W. juga bersabda bagi memperjelaskan lagi perkara ini, melalui hadisnya yang telah diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi yang bermaksud : "Sesungguhnya Islam itu mudah…"

Secara umum, perkataan mudah dan payah agak subjektif. Neraca pertimbangan yang paling tepat digunakan ialah samada perkara itu satu bebanan yang tidak berupaya manusia melakukan atau faktor persekitaran menyebabkan lingkungan keupayaannya terbatas.



Menurut prinsip Islam, semua perintah, tanggungjawab dan bebanan adalah dibuat dan dilaksanakan mengikut keupayaan manusia. Allah tidak membebankan hambaNya melainkan dalam lingkungan kemampuan manusia. Ini ditegaskan oleh Allah S.W.T. dalam surah Al-Baqarah; ayat 280 yang bermaksud : "Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang diusahakan, dan juga menanggung dosa kejahatan apa yang diusahakannya."



Contoh yang ketara yang boleh dibuat perumpamaan adalah perintah ibadat Solat. Permulaan memulakan solat adalah mengambil wudhuk dan bahan asas yang diperlukan adalah air. Dalam sesuatu keadaan jika ketiadaan air, Islam memberi kelonggaran dengan melakukan tayammum.



Perkara kedua adalah menutup aurat. Pakaian yang sediada boleh digunakan kecuali ada najis padannya. Garis panduan pakaian ditetapkan untuk lelaki ialah menutup antara pusat hingga ke lutut. Manakala bagi wanita pula adalah menutup keseluruh anggota badan kecuali muka dan tapak tangan. Dalam perkara ini, jika hanya ada tudung labuh dan memakai stoking ketika itu juga sudah membolehkan untuk kita mengerjakan solat.



Oleh kerana solat adalah merupakan ibadat yang tidak boleh ditinggalkan, maka Islam memberi kelonggaran dalam beberapa situasi dan keadaan tertentu.Jika kita musafir (dalam perjalanan dengan tujuan yang baik dan diluluskan hukum syarak), dan perjalanan itu melebihi 2 marhalah (lebih 91 KM), maka bolehlah kita menjamak dan mengqasarkan solat kita.



Begitu juga apabila kita sedang sakit, kita boleh mengerjakan solat secara duduk, berbaring, mengiring atau pun menggunakan isyarat. Hatta dalam beberapa kaedah, kita boleh membaca Allahu Akbar sebanyak 7 kali (menyamai 7 ayat Fatihah) atau 7 ayat Surah sebagai ganti Surah Al-Fatihah yang merupakan rukun dalam solat, jika masih tidak dapat membaca Surah Al-Fatihah setelah diusahakan dengan bersungguh-sungguh.



Daripada contoh-contoh yang diberikan di atas, ternyatalah, Islam itu mudah. Ia akan menjadi sukar jika kita terlalu ekstrim dalam mengamalkannya. Penekanan bersederhana penting dalam ibadah di samping meletakkan prinsip istiqamah sebagai teras. Keterlaluan dalam ibadah tanpa mempunyai sandaran dan nas yang kukuh atau hanya sekadar ikut-ikutan akan menyebabkan ia membelenggu kita yang akhirnya menyebabkan kita terus meninggalkan ibadah tersebut.
  • Solat dalam Islam tidak membebankan manusia, malah ia merupakan suatu amalan yang digemari kerana selain dari menjadi ibadah menyembah Tuhan, ia juga akan;

  • Melatih daya pemusatan pemikiran

  • Meningkatkan rasa keikhlasan terhadap Allah

  • Melatih diri ke arah ketepatan waktu

  • Membiasakan diri mengamalkan kebersihan

  • Memberi kerehatan saraf

  • Menyatakan pengakuan terhadap kebesaran Allah S.W.T.

  • Menanamkan rasa muhibbah dan semangat perpaduan menerusi solat yang dilakukan secara berjemaah
Begitu juga aspek makanan dan minuman. Istilah darurat boleh digunakan terhadap sesuatu tindakan apabila tiada alternatif lain boleh dicari bagi meneruskan hidup. Kita boleh makan daging khinzir; sebagai contoh, sekiranya pada ketika itu, hanya itu sahaja makanan yang ada untuk menyambung nyawa bagi meneruskan kehidupan.
Demi menggambarkan bahawa Islam itu mudah dan tidak membebankan, kita selusuri sejarah pengharaman arak yang dibuat secara berperingkat-peringkat. Melihat kepada tahap keimanan Umat Islam ketika itu, ayat yang mengharamkan ialah ketika bersolat kerana ditakuti bacaan mereka di bawah sedar ini tersalah. Peringkat seterusnya pula, ia diharamkan terus kepada Umat Islam kerana memabukkan yang lebih membawa keburukan daripada kebaikan.
Setiap insan yang mengamalkan perintah Allah S.W.T. dengan yakin dan sempurna akan dapat merasai nikmat kegunaan dan faedah daripada perintah-perintah itu serta merasa bahagia. Oleh itu, marilah sama-sama kita hayati dalam kehidupan. Sesungguhnya Islam itu indah.


Read More Add your Comment 0 komen


Mengapa manusia diciptakan dan apakah tanggungjawabnya?



Perlu kita perhatikan 3 persoalan asas yang berkaitan dengan seluruh kehidupan kita. Persoalan-persoalan tersebut ialah:

  • Dari manakah kita datang?

  • Mengapakah kita didatangkan?

  • Kemanakah kesudahan kita?
Untuk mencari jawapan-jawapan yang tepat maka perlulah kita merujuk kepada apa telah dinyatakan oleh Allah S.W.T. di dalam al-Quran al-Karim.




++PERSOALAN PERTAMA++



Dari mana kita datang?



Jawapannya kita dapati dari Firman Allah S.W.T.:




"Wahai sekelian manusia! Jika kamu masih ragu-ragu terhadap hari qiamat sesungguhnya Kami (Allah S.W.T.) telah jadikan kamu dari tanah, kemudian daripada air mani dan mani menjadi darah sampai ia menjadi sepotong daging yang telah sempurna kejadiannya dan yang belum sempurna, supaya Kami beri keterangan kepada kamu dan Kami tetapkan di dalam kandungan (rahim) ibu mengikut kehendak Kami, sampailah waktu tertentu maka Kami keluarkan kamu dari kandungan ibumu menjadi kanak-kanak kemudian sampai kamu menjadi orang dewasa. Di antara kamu ada orang yang dimatikan dan ada yang dipanjangkan hidupnya sampai terlalu tua hingga tidak dapat mengetahui apa-apa sedangkan sebelumnya kamu mengetahui."



- Surah al-Hajj: ayat 5.






Dengan meneliti ayat tersebut dapatlah kita ketahui dari manakah datangnya kita dan terjawablah persolan tersebut.




+PERSOALAN KEDUA++


 Mengapa kita didatangkan atau mengapa kita dijadikan oleh Allah S.W.T.?



Jawapan kepada persoalan ini terdapat di dalam Firman Allah S.W.T.:




"Tidak Aku (Allah) jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepada-Ku." - Surah az-Zariyat: ayat 56.


 Para ulama' muktabar telah menghuraikan pengertian ibadah itu dengan panjang lebar yang mana perkataan ibadah ada kesyumulannya (kesempurnaannya) dan mempunyai runag lingkup yang luas, tidak semata-mata terhad kepada fardhu solah, puasa, zakat dan haji semata-mata, bahkan tugas dan kewajipan kita di dunia ini adalah beribadah dan memperhambakan diri kepada Allah S.W.T. berdasar Firman-Nya tersebut.
Untuk menepati kehendak ibadah dalam seluruh hidup ini maka setiap perbuatan yang kita lakukan itu mestilah semata-mata kerana Allah S.W.T. serta mengikut betul-betul arahan yang telah disampaikan oleh Rasulullah S.A.W..




Jika demikian segala makanan, minuman, pelajaran, pekerjaan, pendidikan jasmani, perkahwinan dan mendidik anak adalah merupakan jalan-jalan atau faktor-faktor yang membantu kita untuk taatkan Allah S.W.T. serta teguh beribadah kepada-Nya. Juga menjadikan kita bertaqarrub (menghampirkan diri) kepada Allah S.W.T.. Ini bermakna rumah,sekolah, kilang,pejabat,sawah ladang, padang permainan, gedung perniagaan dan sebagainya adalah medan beribadah. Bahkan seluruh bumi Allah S.W.T. ini merupakan 'masjid', tempat menunaikan ibadah dalam realiti kehidupan.




Sehubungan dengan itu Syaikh al-Islam IbnTaimiyyah telah menyatakan bahawa:




"Setiap perkara yang telah Allah S.W.T. perintahkan hamba-hamba-Nya melaksanakan adalah dikira sebagai ibadah. Ibadah yang meliputi apa sahaja yang diredhai oleh Allah S.W.T. sama ada tutur kata, perbuatan dan tingkah laku."




Prof. Dr. Yusuf Qaradhawi menyatakan di dalam bukunya, al-'Ibadah Fi al-Islam, bahawa: "Sesungguhnya beribadah kepada Allah S.W.T. tidaklah terhad kepada mengerjakan solah, puasa, zakat dan haji dan perkara yang berkaitan dengannya seperti tilawah al-Quran, zikir, berdoa, beristighfar dan sebagainya sahaja sebagaimana fahaman sesetengah golongan Islam (yang mendakwa Islam). Ramai yang telah menyangka bahawa apabila mereka telah menunaikan fardhu-fardhu dan syiar-syiar yang tersebut bererti mereka telah manyempurnakan hak Allah S.W.T. terhadap mereka sepenuhnya. Mereka menyangka sudah selesai ditunaikan kewajipan 'Ubudiyyah terhadap Allah S.W.T..

Padahal tanggapan tersebut meleset daripada hakikatnya yang sebenar".


 Beliau membuat penjelasan lagi bahawa:"Tidaklah dikira ibadah kepada Allah S.W.T. jika seseorang itu berfahaman: Aku solah, aku berpuasa, aku berzakat dan aku menunaikan haji tetapi aku bebas makan daging babi, minum arak, makan riba, berjudi serta menolak hukum-hukum syariat Allah S.W.T. yang tidak sesuai dengan pandanganku. Juga tidak dikira ibadah kepada Allah S.W.T. bagi orang yang menganggap ibadahnya hanya berada ketika di kawasan masjid, tetapi apabila ia keluar dari masjid dan mencebur diri dalam bidang-bidang kehidupan lain dia menjadi hamba kehendak dirinya, bebas mengikut kehendak hawa nafsunya dengan tidak menghiraukan hukum-hukum Allah S.W.T."






Oleh kerana itu maka setiap orang yang terkeliru mesti memperbetulkan fahamannnya kembali mengenai Islam dan ibadah kepada Allah S.W.T.. Semoga seluruh kehidupannya berada dalam keredhaan Allah S.W.T.. Cukuplah bagi seseorang Muslim itu berfikir bahawa ia adalah Khalifah Allah S.W.T. di muka bumi ini untuk menjalankan tugas dan arahan Allah S.W.T. serta melaksanakan kewajipan ber'ubudiyyah kepada Allah S.W.T. semat-mata. Memadai ia berbuat demikian untuk mencorakkan segala jenis amalannya dengan corak Islam hinggalah segala perkataan, perbuatan dan diamnya itu ibadah kepada Allah S.W.T..




Menurut al-Qaradhawi lagi bahawa ibadah itu merangkumi dua tugas besar yang menjadi teras bagi semua perkara yang tersebut sebelum ini. Tugas tersebut ialah:



1. Menyeru kepada kema'rufan dan mencegah daripada kemunkaran.






2. Berjihad ke jalan Allah S.W.T..


 Menurut huraian asy-Syahid Sayyid Qutb bahawa kerja-kerja menyuruh kepada ma'ruf serta mencegah daripada munkar tidak boleh dipandang ringan. Umat ini tidak berjaya selagi ma'ruf tidak tertegak sebagai ma'ruf dan munkar tidak dimusnahkan sebagai munkar. Untuk melaksanakan tugas yang besar itu maka
 perlulah kepada pembentukan Ummah. Ummah yang tertegak atas dasar Iman kepada Allah S.W.T. dan Persaudaraan kerana Allah S.W.T. agar hukum-hukum Allah S.W.T. terlaksana, kerja-kerja ma'ruf berjalan dengan senang, kebenaran mengatasi kepalsuan, kebaikan sentiasa disokong dan kemungkaran sentiasa di tentang. Untuk sampai kepada ummah Islam sedemikian maka jihad yang berterusan diperlukan dan mengikuti jalan-jalan yang betul sebagaimana yang telah digariskan oleh Rasulullah S.A.W.





++PERSOALAN KETIGA++




Kemanakah kesudahan kita?




Persoalan ini tidak memerlukan huraian yang panjang kerana setiap orang yang menyedari asal-usulnya serta mengetahui tugas kewajipannya, maka InsyaAllah ia akan menyedari pula ke manakah kesudahannya. Walaupun demikian jawapannya tetap telah dinyatakan oleh Allah S.W.T. dalam FirmanNya:




"Sesungguhnya kepada Tuhan (Allah) kesudahan kamu (tempat kembali). Dialah yang membuatkan kamu tertawa dan Dia juga yang membuatkan kamu menangis. Dialah yang mematikan kamu dan menghidupkan kamu kembali."




- Surah an-Najm: ayat 42-44.





Wallahua'lam.


Read More Add your Comment 0 komen


 

Pengikut

Stats

© 2010 Sejarah Rasul All Rights Reserved Thesis WordPress Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors.info